Ziarah Sebagai Olah Laku dan Olah Rasa Dalam Menerobos Jarak Budaya dan Nilai Historis

Dok. Menara Kudus Peninggalan Sunan Kudus 2022|By. Abong

Oleh: Muhammad Arif Al Bony

Kenapa kita berziarah? Pertanyaan ini membuat penulis harus menelusuri dan memahami kembali perjalanan laku dalam berziarah. Ziarah merupakan satu praktek menilik kembali keberadaan tempat yang sudah lama terlewati dengan moral dan etika yang baik. Sebagian manusia beragama menganggap sebagai penyucian diri dan ruang penyadaran. Dengan sikap pengagungan dan rasa hormat, peziarah melakukan ritual untuk menentukan satu ikatan batin dengan yang di ziarahi dan menjadikannya sebagai mediator dengan Sang Pencipta. 

Walaupun pada awalnya ziarah itu dillarang oleh nabi Muhammad, tapi dalam perkembangannya ziarah diperintahkan oleh nabi Muhammad Saw. Artinya kegiatan ziarah sudah dianjurkan sejak dahulu oleh nabi Muhammad dan para sahabat, agar kita selalu mengingat dan mengetahui jejak para leluhur dan mengenang jasanya. Apalagi di Indonesia kegiatan ziarah di makam para wali, orang shaleh, orang tua sudah menjadi tradisi yang kuat. Keyakinan terhadap seperti dijadikan sebagi bentuk tabarukan (meminta berkah) dan tawasul untuk keselamatan hidup, sehingga masyarakat kita terus melestarikan ritual berziarah.

Baca juga :

Gabungan Pemuda se-Kec.Ciwaringin melaksanakan Wisata Religi Ziarah Wali Songo Jawa-Madura

Kedekatan masyarakat kita dalam ziarah ke makam orang-orang suci atau saleh sudah menjadi tradisi sejak dahulu. Ziarah diyakini oleh masyarakat sebagai bentuk laku penyucian dalam mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Melalui orang-orang suci itulah manusia ingin menyampaikan kerinduan hatinya kepada Tuhan. Karena keniscayaan manusia yang pelupa dan pendosa, membuat dirinya perlu adanya perantara untuk bisa diterima pesannya. Dengan rasa hormat dan pengagungan, makam dipahami oleh peziarah bukan sekadar tumpukan tanah yang ditandai batu nisan dan ada manusia didalamnya, melainkan makam lebih dipahami sebagai ruang ritual yang masih hidup untuk melakukan komunikasi batin. Sehingga peziarah bisa berkomunikasi dengan Tuhan melalui keberadaan penghuni makam itu, serta diiringi bacaan ritual-ritual seperti membaca tahlil, sholawat, tasbih, membaca al Qur’an, dan berdoa untuk mendapat barokah dan keselamatan hidup.

Dok. Habib Ahmad Pekalongan 2022|By. Abong

Hal itu menunjukkan bahwa kita berziarah kemakam orang-orang saleh, orang suci atau para wali tidak serta hanya meminta barokah, melainkan ada sisi silaturahmi. Upaya ini untuk mengenal siapa yang ada didalam kuburan itu, bagaimana proses adanya kuburan itu, dan keberadaannya bisa memberi maslahat bagi masyarakat umum. Maka, diperlukan satu usaha menafsirkan sesuai kemampuan peziarah untuk menerobos jarak budaya, nilai historis, dimana peziarah sampai pada kontek sejarahnya. Proses menerobos budaya bisa dilakukan melalui bahasa atau simbol-simbol yang ada di sekitarnya. Dengan simbol itu peziarah akan menghasilkan tanda-tanda yang didalamnya terdapat seni atau nilai historis untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang konkrit, tidak hanya rasionalitas yang diandalakan tetapi ada perenungan terhadap symbol itu, seperti di Sunan Gunung Djati banyak menampilkan benda-benda dari Cina yang terlihat di piringan sekitar wilayah makam itu, sunan Kudus dengan Menaranya, Demak dengan kerajaannya dan tempat ziarah wali lainnya. 

Dari situ kita akan melihat kearifan lokal secara luas dan bisa kita telusuri dari perjalanan laku orang-orang saleh dari masa ke masa. Sehingga dalam melakukan ziarah kepada orang-orang saleh yang sesuai zamannya tidak hanya orang muslim saja seperti para wali, tetapi kita bisa ziarah ke kerajaan Singosari, Candi Borobudur yang memang ada bentuk kesalehan didalamnya. Seperti paulo Coelho menulis buku novel dengan judul Ziarah, yang menggambarkan perjalanan pencarian, ritual dan tradisi, kang Agus Suyoto menulis Atlas wali sanga dengan memberi pengetahuan sekitar tempat berziarah dari satu tempat ke tempat yang lain. Jadi proses laku ziarah bukan hanya sekedar ritual ubudiyah saja tetapi ada tilik nilai historis dari tempat penziaraan. 

Dengan melihat ziarah seperti ini, kita bisa menemukan satu nilai yang membuat tempat itu di ziarahi oleh banyak orang, dan kenapa tempat itu diziarahi? Pasti ada nilai yang terkandung didalam makam itu yang membuat masyarakat memiliki keyakinan untuk melakukan ziarah. 

Terlepas dari niat, ketertarikan manusia untuk datang ke makam dengan adanya satu ikatan komunikasi diantara manusia dengan Allah. Manusia harus menyadari dirinya akan kembali,-Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Razi’un, dengan kesadaran ini manusia akan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ia kembali. Sehingga laku ziarah dan membaca tanda-tanda sekitarnya sangat berlaku bagi kaum yang berpikir. Dalam al Qur’an menjelaskan:

“Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, Padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”. (Thaha:128)

Maka itu kegiatan ziarah itu sangat diperlukan oleh kita untuk mencari kejelasan tentang alam ini (makro dan mikro), mengenal masa lampau, masa saat ini maupun masa akan datang. Sebab kehidupan ini terus berjalan dan memaksa kita untuk terus memahami kehidupan ini. Dengan cara melihat kehidupan yang lebih jauh atau dengan kata lain tidak hanya melihat kehidupan yang materi saja tapi lebih dari keberadaan materi itu sendiri. Seperti kita melihat makam, candi atau tempat-tempat sakral tidak hanya dilihat sebagai keberadaan benda materi, tapi lihatlah bagaimana proses dari keberadaan benda itu yang memiliki nilai historis yang tinggi dan nilai kesakralan. Sehingga dengan kesadaran, manusia akan banyak menangkap dan memahami makna dibalik keberadaan benda itu yang tak terjangkau.

Dok. Sunan Gunung Jati Cirebon 2022|By. Abong



Penulis : Arif Al-Bony

Editor : Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi : Arif Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain