KH. Hasan Muhyi dan Rahasia Allah

Foto: Doc. Kiai Hasan Muhyi bin Kiai Yasin


Kiai Hasan Muhyi bin Kiai Yasin, lahir pada 10 Maret 1936 di Dukumire. Kiai Hasan pertama belajar mengaji dibawah bimbingan orang tuanya, berlanjut menimbah ilmu ke para kiai kempek, kiai babakan dan kiai di cirebon. Ia salah satu tokoh yang gencar mengajarkan ilmu- ilmu pesantren, salah satunya ngaji cara kempekan. Ia menyebarkan ngaji kempekan kepada murid-muridnya di perkampungan. Metode ngaji kempekan adalah metode khusus baca al Qur'an dengan tegas dan gamblang dalam pengucapan makhroj dan sifat hurufnya.

Aktivitas keseharian kiai Hasan selalu menunggang sepeda ontel keliling dari satu majlis ke masjlis yang lain,  ke madrasah diniyyah, Mts, mengisi pengajian di berbagai masjid hanya untuk menanamkan ilmu. Ia mengajarkan pada anak-anak bukan hanya ilmu agama melainkan ilmu umum juga. Dengan kesabaran dan dedikasi yang tinggi, kiai hasan begitu telaten mendidik masyarakat, mulai anak-anak, pemuda dan orang tua. Ia jalankan puluhan tahun untuk mendedikasikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat galagamba. Dari pagi ia mengajar di Mts, siangnya di madrasah diniyyah, sorenya ngaji kitab di rumahnya, habis magrib mengaji al qur'an di musholah, malamnya ngaji. Dengan kesibukan mengajar dan mengaji diberbagai tempat, kiai Hasan masih bisa bertani, reriuangan dengan masyarkat.

Tak sedikit kiai Hasan mengisi ceramah di pengajian umum atau majlis, dengan memberikan pesan "mengajak seluruh lapisan masyarakat dan orang tua untuk terus mendorong anaknya belajar, jangan berhenti belajar, karena anak ini generasi masa depan dan bekal amal kita sebagai orang tua". Ujar kiai Hasan.

Tiap harinya kiai hasan mengajar di madrasah  diniyyah islamiyyah dukumire, diniyyah galagamba. Dalam mengajar anak-anak, kiai hasan menjalani dengan kesabaran dan ketekunan. Tidak sedikit murid yang merasakan pemahaman ilmu yang diajarkan oleh kiai hasan, baik maayarakat dukumire, nagrog maupun galagamba. 

Sebelum meninggal kiai Hasan terkena gejala struk ringan, sampai ingatannya berkurang dan sering berbicara ngelantur. Namun tidak pernah ngelantur ketika dia beribadah atau berkomunikasi dengan Allah. 

Suatu hari kiai Hasan menjadi Imam shalat fardhu, dan sebagian masyarakat melarangnya, dengan alasan nanti bacaannya dan doanya ngelantur. Namun pengurus masjid tetap mempersilahkan kiai Hasan menjadi Imam sholat. 

Dengan kekuasan Allah semua bacaan shalat sampai doa dzikir sholat tidak ada yang salah. Semua masyarakat merasa heran, karena tingkah laku dengan masyarakat tidak bisa di samakan ketika menghadap kepada Allah. 

Sama ketika kiai Hasan memimpin Doa di acara haul dan Istighotsa kebangsaan RI, semua doanya di baca dengan khusu' dan jelas untuk keselamatan bangsa Indonesia.

Di usianya yang sudah sepuh, bertepatan usia 82th, kiai Hasan menghadap sang pencipta pada 15 Maret 2018. Jasa, pengabdian dan ilmunya selalu ada dalam hati masyarakat Galagamba.


Penulis: M. Arif Al-bonny

Editor: Kholil Baehaqi


Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain