Kiai Marzuki bin Kiai Arsyad, Galagamba adalah sosok kiai yang memiliki sifat welas asih kepada seluruh mahluk Allah. Saat kiai Marzuki berjalan dan melihat tumbuhan yang tercrabut dari akarnya, ia tanam kembali dan menyiram agar bisa hidup lagi. Bahkan rumput yang di jalan, yang sudah tercrabut pun, ia tanam kembali.
Dalam kesehariannya, kiai Marzuki menjaga keadaan suci dalam dirinya, jangan sampai memiliki hadas, sebab ia mendawamkan wudhu sampai akhir hayatnya.
Kiai marzuki menyusun aurod hadiyyu dan ia jadikan rutinan dalam ritual agama. Ritual ini dinamakan dengan istilah "Hadiyyuan" yang diambil dari kalimat utama dalam bacaan “Ya Hadiyyu Ya ‘Alim Ya Khobir Ya Mubin”. Dari lafadz itu, istilah hadiyyu di gunakan untuk kegiatan keagamaan atau ritual agama.
Hadiyuan dimulai dengan ucapan salam kepada arwah para leluhur, para guru, dan orang tua. Aurod hadiyu pertama di amalkan oleh kiai Marzuki Galagamba, dan di lanjutkan oleh kiai Muhammad Amin Babakan. Terus dikembangkan oleh kiai Abdul Hannan setelah pulang dari Makkah dengan nama Hadiyyu Silsilah Haromain, dilanjutkan oleh kiai Amin Halim dan generasi seterusnya oleh Kiai Makhtum Hannan.
Ketika hadiyyu di pegang kiai Abdul Hannan, hadiyu menjadi berkembang dengan menggabungkan hadiyyu kiai Marzuki dan Silsilah Haromain oleh Kiai Abdul Hannan yang mendapatkan Ijazah dari Sayyid Gholib Makkah dan Sayyid Amin Madina (Haromain: yang di mulyakan) di Baabussalam. Sampai saat ini Hadiyyu Haromain menjadi amalan aurod khusus masyarakat cirebon. Keberadaan hadiyyu ini sudah satu abad lebih (104th) dan aurod hadiyyu haromain di amalkan oleh kiai-kiai dan masyarakat di cirebon.
Penulis: M. Arif Al-bonny
Editor: Kholil Baehaqi