MENJAGA ANDAP ASOR KEPADA KIAI

Jendela Aswaja- Andap Ansor atau beradab merupakan sikap etis yang mesti dilakukan santri terhadap kiai. Mulai dari menata hati, menatati, memuliakan, sabar, hingga tindak-tanduk ketika berada dalam satu majelis bersama kiai. Berikut ini akan menjelaskan tentang beberapa adab seorang santri kepada kiainya sebagaimana dipaparkan Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab al-Alim wa al-Muta’allim.

Ketika guru menyampaikan ilmu hendaknya didengarkan dengan penuh khidmat, walaupun santri sudah hapal atau mendengar penjelasan kiainya. Sebaiknya mendengar layaknya orang yang baru mengetahui, dengan riang gembira dan penuh antusias. Justru tidak mengabaikan atau menganggap sudah mengetahui sebelumnya. Pengulangan-pengulangan materi oleh seorang kiai sebagai penguatan dan penjabaran ilmu sebelumnya, dan ada ilmu baru yang belum diketahui oleh seorang santri. Syekh Hasyim Asy’ari memberi contoh keteladanan pada diri Imam Atha’, salah satu pakar fiqih dan hadits di masanya. Imam Atha’ menanggalkan segala atribut kebesarannya setiap kali mendengarkan hadits dari siapapun, beliau senantiasa menyimaknya dengan sungguh-sungguh, seolah beliau baru pertama kali mengetahui, meski mendengar dari para pemula. Padahal beliau sudah hafal di luar kepala, bahkan mengetahui detail-detail sanad dan para perawinya.

 Imam Atha’ mengatakan:

 إني لأسمع الحديث من الرجل وأنا أعلم به منه فأريه من نفسي أني لا أحسن منه شيأ 

Artinya: “Sungguh aku mendengar hadits dari seseorang yang aku lebih mengetahui dari pada dia, kemudian aku yakinkan pada diriku, bahwa aku sama sekali tidak mengetahui hadits tersebut.” 

Pendapat Syekh Hasyim Asy’ari ini senada dengan pemaparan Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim. Menurut al-Zarnuji, murid yang baik dan ahli ilmu adalah ia yang selalu antusias mendengarkan ilmu, meski berulang-ulang ia dengar. Al-Zarnuji menegaskan:

 وينبغى لطالب العلم أن يستمع العلم والحكمة بالتعظيم والحرمة، وإن سمع مسألة واحدة أو حكمة واحدة ألف مرة. وقيل من لم يكن تعظيمه بعد ألف مرة كتعظيمه فى أول مرة فليس بأهل العلم

Artinya: “Seyogyanga bagi pencari ilmu mendengarkan ilmu dan kalam hikmah dengan menaggungkan dan memuliakan, meski ia telah mendengar satu permasalahan sebanyak seribu kali. Diucapkan, orang yang mengagungkannya setelah yang ke seribu kali tidak seperti saat ia baru pertama mendengar, maka bukan ahli ilmu.” (al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, hal. 30). 

Ketika gurunya bertanya apakah murid sudah pernah mendengar penjelasan yang hendak disampaikan guru, tidak pantas bagi murid untuk menjawab iya atau tidak. Tidak layak menjawab iya, karena mengesankan ketidakbutuhan kepada penjelasan guru. Pun demikian dengan jawaban tidak, kesalahannya karena ia telah berbohong. Jawaban yang tepat adalah dengan meminta gurunya tetap menjelaskan tanpa harus berbohong atau menyinggung perasaan gurunya, misalkan dengan berucap “aku sangat senang mendengarnya dari engkau.” 

Pertama, tidak mendahului keterangan guru.

Saat berada dalam sebuah forum bersama guru, hendaknya murid tidak mendahului atau membarengi guru untuk menjelaskan permasalahan atau menjawab sebuah pertanyaan. Pelajar juga tidak boleh memotong pembicaraan guru dengan perkataan apapun, ia harus bersabar sampai guru menyelesaikan perkataannya. Saat guru memberikan arahan, tidak baik untuk berbicara sendiri. Konsentrasi murid harus tercurahkan dengan baik saat mendengarkan perintah, nasehat atau pertanyaan gurunya, jangan sampai gagal fokus, usahakan guru tak perlu lagi mengulangi perkataannya.

Kedua, menjaga etika saat menerima atau memberi sesuatu

Ketika guru memberinya tugas, hendaknya menerima dengan tangan kanan. Bila berupa lembaran, maka dibaca dengan memegangnya, jika terdapat asma’-asma’ yang dimuliakan, hendaknya diangkat dengan penuh etika. Saat menghaturkannya kembali kepada guru, jangan dikembalikan dalam kondisi terlipat, harus rapih dan tertata, kecuali yakin atau menduga gurunya menghendaki demikian. 

Saat meng-“haturkan” buku atau kitab yang hendak dibacakan guru, hendaknya diserahkan dalam keadaan siap saji, sudah diberi batas baca sehingga guru tidak perlu mencari halaman yang hendak dibaca. Demikian pula saat sang guru bertanya batas pelajaran, hendaknya murid menunjukan dengan jelas, membuka kitabnya dengan menunjukan batas pelajaran yang dimaksud. Murid juga dianjurkan untuk tidak menghapus sedikitpun keterangan guru yang ia tulis di kertas atau kitabnya. Demikian pula saat memberikan alat tulis kepada guru, misalkan wadah mangsi, hendaknya tutupnya sudah dibuka dan dipersiapkan, guru tinggal menulis tanpa perlu membukanya.

Dalam memberikan sesuatu yang dibutuhkan guru, hendaknya tidak merepotkan beliau, misalkan menghaturkan buku, hendaknya murid berdiri mendekat gurunya, jangan sampai guru beranjak dari tempat duduknya. Demikian pula ketika menerima alat tulis dari guru, pelajar hendaknya mengulurkan tangannya terlebih dahulu sebelum guru memberikan alat tulis kepadanya. 

Posisi duduk dengan guru sebaiknya tidak terlampau dekat sehingga menunjukan etika yang buruk. Saat menerima tugas, usahakan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya tidak melakukan kontak fisik dengan baju, bantal, sajadah atau alas lantainya guru.

Menurut Hadlratus Syekh, ada empat hal yang harus diperhatikan orang mulia meski ia sudah menjadi raja. Pertama, berdiri dari tempat duduk untuk menghormati ayah. Kedua, melayani orang berilmu yang mengajarkannya. Ketiga, bertanya hal-hal yang tidak diketahui. Keempat, memuliakan tamu. 

Prinsip Etika kepada Guru 

Pada prinsipnya seorang santri ditekankan untuk menjaga adab atau etika dengan gurunya, baik dalam perilaku, ucapan dan perbuatan. Santri juga dituntut untuk khidmah kepada gurunya, memberikan kenyamanan dan pelayanan yang sempurna kepadanya.  

Saat berjalan bersama guru, hendaknya berada di depan saat malam hari dan berada di belakangnya di siang hari, kecuali bila situasi menuntut sebaliknya, misalkan karena berdesakan atau lainnya. Di tempat-tempat yang becek misalnya, pelajar harus menjadi yang terdepan untuk melindungi gurunya, jangan sampai percikan air mengotori baju sang guru. Saat berada dalam situasi berdesakan, hendaknya menjaga guru dengan tangannya, bisa dari arah belakang atau depan. 

Saat berjalan di depan guru, sesekali memantau ke arah belakang untuk mengetahui keadaan dan kenyamanan beliau. Saat gurunya mengajak bicara di tengah perjalanan, sebaiknya berada di sebelah kanan guru, ada pula yang menganjurkan sebelah kiri, dengan posisi sedikit lebih maju dan menengok ke arah guru. Tidak baik berjalan di samping guru kecuali ada hajat atau diperintahkan guru.

Saat bertemu guru di jalan, mulailah berucap salam kepadanya bila jaraknya dekat. Bila jauh, maka tidak perlu berteriak atau memanggilnya, cukup bersiap diri untuk menyampaikan salam. Tidak baik mengucapkan salam dari tempat yang jauh atau dari balik tirai, yang tepat adalah mendekat kepada guru baru mengucapkan salam.

Seorang santri boleh saja tidak sama dengan hasil pemikiran gurunya, bila menurut santri pendapat guru kurang tepat, hendaknya tidak menyalahkan atau merendahkan. Misal berucap “ini salah”, “ini bukan pendapat yang benar.” Namun sebaiknya dengan bahasa yang sopan dan santun, misalkan berucap “pendapat yang jelas adalah mashlahatnya menuntut demikian”, tidak baik menyampaikan dengan bahasa yang membanggakan pendapatnya sendiri, misalkan “menurutku yang benar demikian” atau ucapan-ucapan yang sejenis.  

Manusia Beradab

Semua masalah serahkan kepada Allah SWT, berserah dirilah lewat sholat malam, dzikir dan tafakkur. Nanti setelah kita menjalani kehidupan itu ada nikmat kubur ada siksa kubur, ada kehidupan abadi, maka kita harus sadar dengan hal itu. Hidup jangan seenaknya sendiri, terus mengikuti hawa nafsu, sebab semua prilaku dan sikap kita, semua ada pertanggung jawabannya. Disini pentingnya adab bagi manusia. Akhlak dijadikan cerminan diri karena orang tua lebih sering melihat adabnya kita, jika mempunyai salah kepada sesama manusia cepatlah meminta maaf agar tidak berat di akhiratnya, jangan menganggap diri kita sudah baik dalam ibadah merasa kurang lah dalam hal ibadah, shalat itu berat dilakukan tetapi bagi orang khusu justru kalau tidak sholat hidupnya merasa tidak tenang, orang yang takut kepada Allah itu ciri-cirinya iman kepada al Qur'an membacanya dengan maknanya, kitab suci sebelum Al Qur'an benar adanya sesuai zaman nabinya masing-masing, tawakal lah kepada Allah, maka Allah akan mencukupi semua kebutuhan hidup dan akhirat kita, kita manusia harus ikhtiar sekuat tenaga kita tetapi hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT, umat yang beruntung adalah umatnya nabi Muhammad bahkan nabi lain iri kepada umatnya nabi Muhammad, tinggal lah pekerjaan ketika sudah masuk waktu shalat rugi ketika mendahulukan keperluan dunia, perintah Allah walaupun kelihatannya rugi disana ada keberuntungan yang sudah di tentukan Allah SWT bahkan yang tidak masuk akal, orang yang tidak percaya dengan Allah rezeki sebesar apapun akan terasa kurang karena tidak punya rasa syukur kepada Allah bahkan bisa sampai menghiraukan kekuasaan Allah, bersihkan dzohir dan bersihkan batin harus lebih sering bersihkan batin karena kalau batinnya bersih dzohir nya sudah pasti bersih, penyakit batin itu lebih parah daripada penyakit dzohir, Malapetaka ketika bermusuhan lebih dari 3 hari, jangan sombong walaupun ilmunya tinggi karena ketika ilmu itu dicabut oleh Allah SWT akan kosong, tiap saat sebutlah nama Allah, orang hidup tidak ada yang kekal jadi apa yang mau disombongkan didunia ini semuanya akan kembali kepada Allah SWT.

Terakhir, utamakan Adab daripada ilmu, bukan berarti ilmu tidak penting, tapi dengan beradab atau berakhlak manusia berilmu akan selamat dunia akhirat. Lihatlah para kiai, yang meniru ajaran para ulama-ulama dahulu dan pengikut ajaran nabi Muhammad, mereka menjalankan ilmu dengan adab. Jadilah manusia atau santri yang beradab dan berilmu.


Oleh : Kyai Nuri Budur dalam kajian Kampung Ramadhan Dukumire
Pimpinan Redaksi : Arif Al-Bonny
Editor : Ahmad Rozi

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain