Rekam Jejak Ulama Perempuan Tangguh dari desa Nyai Hj. Masturoh Amin

Dok. Ahmad Nafis Hafie

 

Mengenang satu tahun kepulangan Miminda Nyai Hj. Masturoh Amin kehariban Ilahi Rabbi, seyognya kita semua mengambil ibrah, pelajaran atas segala laku lampah beliau. Beliau mampu memberikan rasa yang tidak bisa diutarakan atas segala suri tauladan yang pernah beliau lakukan dihati keluarga, para santri, alumni dan muhibbin. Kepada beliau doa-doa tulus dipanjatkan. Alfatikha.. 

Masa kecil

Jendelaaswaja.com - Nyai Hj Masturoh Amin lahir dari keluarga besar Pondok Pesantren Babakan pasangan KH Abdul Hanan dan Nyai Hj Sulahah. Beliau anak ketiga diantaranya ialah KH Anwar Hanan, KH Amin Hanan, Nyai Hj Masturoh Amin, KH Makhtum Hanan Nyai Hj Tasmiah, Nyai Hj Khumaeroh, Nyai Hj Waristah, Nyai Hj Fatimah, Nyai Hj Rokhmah, Nyai Hj Rubae'ah. 

Lahir dari kalangan Pesantren pada tanggal 13 Mei 1938 bukan berarti hidup serba kecukupan, Mimi Tur kecil justru hidup dalam masa prihatin dan penuh tirakatan, disamping itu situasi yang cukup sulit bagi rakyat pribumi lantaran masih dalam pengaruh cengkraman penjajahan Hinda-Belanda. Tapi keadaan yang serba prihatin itu tidak menjadikan Mimi Tur mudah putus asa dan tidak ada harapan untuk menimba ilmu, justru menjadi semangat untuk menunjukan bahwa perbaikan hidup bisa di jalani karna terus berjuang. Kira-kira umur belasan tahun Mimi Tur muda melakukan rihlah ilmiah, yaitu mesantren di Pondok Pesantren Buntet asuhan KH Abdul Jalil dan Pondok Pesantren Benda Kerep, namun sesuatu yang di luar dugaan ketika sepulangnya di rumah ternyata ada hajatan, tiba-tiba diberitahu bahwa Mimi Tur adalah pengantin wanitanya, dengan mempelai pria ialah Alm KH Amin Halim.

Menikah di usia cukup muda tidak membuat Mimi Tur gelisah, malah beliau menjalani hari-harinya penuh kebahagiaan maski keadaan yang serba sederhana, kalau malam saat Mama Amin mengisi pengajian di berbagai daerah, Mimi Tur menunggu di halaman luar bersama anak-anaknya yang masih kecil sembari memasak sesuatu yang renyah; kadang ubi bakar, kadang liwetan dll. Mimi Tur terbilang memiliki kedisiplinan kuat dalam mendidik anak-anaknya, bahkan setelah ditinggalkan oleh Mama Amin, ketegaranya pun masih kuat, sebab mampu mengelola Pesantren, Jamiyyahan Nurul Huda bersama Ibu-ibu berbagai desa dan terus konsisten menata masyarakat terutama kalangan perempuan. 

Salah satu kelebihan Mimi Tur ialah memiliki keterampilan dalam hal masak-memasak. Hampir setiap apa yang diolah dari tangan beliau memiliki cita rasa yang tinggi, bahkan banyak juga Ulama, Pejabat, dan berbagai kalangan ketagihan menikmati sajian yang di masak oleh Mimi Tur, banyak juga mereka yang bersilaturahim ke rumah hanya karna ingin menikmati masakan dari Mimi Tur. Apalagi kalau sudah ada agenda besar, seperti Akhirussanah, Khotimil Qur'an, Haul atau agenda Nasional dan NU yang di adakan di Babakan, pasti sajian dari Mimi Tur menjadi menu utama yang selalu hangat diperbincangkan. 

Yang tidak lepas lagi dari karunia kebaikan beliau ialah sisi silaturahim. Mimi Tur ialah termasuk sosok Nyai dari kalangan Pesantren yang memiliki jejaring luas dari berbagai kalangan di masyarakat. Kalau sudah keluar silaturahim jadwal beliau bisa lebih padat dari pada safari pejabat, seharian bisa lima sampai tujuh titik lokasi yang beliau kunjungi untuk silaturahim. Agendanya tidak hanya sesuatu yang formal, tapi juga sisi keakraban sendiri, semisal melayat, silaturahim ke Alumni atau Wali Murid, berkunjung ke sanak saudara dan banyak hal lain yang selalu punya kesan sendiri. Diantara ciri khas beliau kalau berpergian ialah selalu membawa berbagai alat masak, kadang ditengah perjalanan beliau berhenti, membuka alas, menyiapkan segala manyak pepakas masak, dan paling berkesan ialah kalau sudah beliau membuat sambal, jemari-jemai uleganya yang khas itu menambah nafsu makan sehingga nikmatnya selalu terasa. 

Mimi Tur pun dikenal sebagai seorang yang dermawan dan memiliki nilai kemanusian yang tinggi, berbagai kalangan pernah merasakan kebaikannya, apalagi rakyat biasa. Makanya tidak heran kalau sepanjang hari beliau kedatangan banyak tamu yang ingin menimba keberkahan dan ketenangan dalam hidup, juga mendapat banyak nasihat, terutama yang berkaitan dengan masalah rumah tangga dan keperempuanan. Apalagi kasih sayangnya terhadap keluarga begitu, contoh sederhanya ialah, saban pagi beliau memasak nasi beserta lauk-pauknya, setelah matang Mimi Tur menyuruh santrinya untuk mengundang setiap adik-adiknya untuk makan bersama, disamping itu, beliau rutin membagikan apa saja kepada keluarga dan tetangga dekat. Seringkali juga beliau membeli barang apa saja pada pendagang yang melintas dengan jalan kaki, apalagi kalau pedaganya ialah Ibu-ibu yang sudah cukup tua, kadang beliau memborong semua daganganya kemudian di bagikan ke tetangga dan saudaranya. 

Dok. Jendela Aswaja


Mendidik Santri-Mendidik Bangsa

Ada satu hal yang selalu berkesan dari apa yang disampaikan oleh Mimi Tur ketika sedang menyampaikan sesuatu kepada santrinya, dengan nada yang tegas namun penuh kasih sayang. Mimi Tur dikenal dengan Sosok Nyai yang ditakuti karna kasih sayangnya, banyak santri tatkala dimarahi beliau karna sesuatu keteledoran atau hal yang tidak berkenan bukan malah tambah kesel tapi justru tambah mekar rasa cintanya. Kecintaan beliau kepada santri-santrinya tiada terhingga, beliau keras dan disiplin kepada santri-santrinya lantaran ingin agar kedepan santri-santri beliau bisa menjadi orang yang bermanfaat. Apalagi kalau hari jumat pagi, biasanya selepas sholat subuh dan wiridan Mimi Tur menyampaikan nasihat-nasihatnya kepada para santri putri agar mendahulukan ahlak, terus semangat mengaji, menggali nilai khidmah, tak ketinggal pesan-pesan beliau agar kelak ketika di rumah bisa menjadi pribadi yang maslahat bagi umat dan punya pengabdian untuk berbakti pada suaminya. Senada dengan itu, pesan-pesan beliau juga disampaikan kepada santri putra tat kala momen-momen tertentu. Sehingga wajar hubungan Mimi Tur dengan santri-santrinya tidak sebatas hubungan Guru dan Murid, tapi sudah selayaknya anak sendiri, hal ini lah yang membuat kasih sayang beliau menancap dan dikenang sampai kapan pun. 

Putra-putrinya Mimi Tur ialah KH Zamzami Amin, KH Marzuki Ahal, KH Thoha Amin, KH Syaefullah Amin, KH Nasrudin Amin, KH Syahid Fanani, Nyai Hj Royanah Ahal, Alm Ust Ali Hanan, Nyai Hj Zuhriyah Aeni. Mimi Tur sering mengurai perjalanan mesantren putra-putrinya tersebut sebagai ibroh dan refleksi, bahwa belajar di Pesantren harus dan mesti sungguh-sungguh. Sehingga para santri memiliki gambaran apa yang mesti dilakukan serta di tingkatkan ketika dipesantren. Artinya kesuksesan Mimi Tur mendidik santri ialah tidak lepas dari kesuksesan Mimi Tur mendidik setiap putra-putrinya, yang paling penting ialah beliau menguatkan setiap santri baik putra maupun putri untuk punya nilai khidmah yang tinggi, khidmah dipesantren bukan saja sebatas dedikasi atau pengabdian tapi juga pembelajaran untuk kehidupan kelak setelah di Pesantren. Selain masalah-masalah keagamaan dan Sosial-kemasyarakatan, Mimi Tur adalah enterprenuer sejati, beliau ajarkan kepada para santri tentang masakan, membuat kue, juga pernak-pernik kebutuhan rumah tangga, hal ini agar ketika dirumah para santi bisa lebih luas dan kreatif mengembangkan bakat dan potensinya. 

Yang paling menarik ialah Mimi Tur dikenal memiliki pola menejemen yang luar biasa, baik dengan apa yang beliau atur untuk kehidupan pribadinya, maupun mengelola Pesantren, Madrasah, Jamiyyahan dll. Paling sederhana ialah bagaimana disiplin waktu beliau bisa terpola dengan baik, seroang Mimi Tur meskipun sudah sepuh usianya bisa dengan telaten membagi waktu tersebut antara belanja di pasar, memasak, bersiturahmi, mengaji yang hampir seharian penuh aktivitas tersebut beliau jalankan, energi Mimi Tur dalam mengelola waktunya sulit dicari bandinganya.

Selain itu, apa yang disampaikan Mimi Tur kepada santrinya ialah bagaikan jembatan untuk mempertemukan dahaganya para santri akan kebersahajaan dan keteladan masa lalu, sangat sering Mimi Tur menceritakan bagaimana kebaikan ayah beliau KH Abdul Hanan, atau kesalehan dan kelembutan hati Ibunda beliau Nyai Sulahah, bahkan bagaimana ketabahan serta perjuangan Mimi Tur dan KH Amin Halim dalam menjalani bahtera kehidupan. Karna sejatinya ketika beliau mengupas sejarah masa lalunya, atau kenangan bersama para Kyai terdahulu, Mimi Tur sedang menanamkan nilai untuk kebahagian, katentreman, pembelajaran serta bekal bagi kehidupan di dari depan. 

Diantara orang-orang terkasih Mimi Tur ialah ibunya sendiri, yaitu Nyai Sulahah, ada satu kemiripan yang sama antara Mimi Tur dan Nyai Sulahah, yaitu prihal masa setalah ditinggal suaminya KH Abdul Hanan. Kalau Nyai Sulahah kisaran 30 tahun lebih ditinggal suami beliau 1963-1993 sedangkan Mimi Tur ditinggalkan suamniya KH Amin Halim 1990-2020. Nah, kemiripanya ialah semua anak-anak beliau bisa berangkat Haji setalah di tinggalkan suaminya. 

Perjalanan Panjang itu sampai Uhud, sebenernya adalah ungkapan kasih sayang atas perpisahan selamnya, mungkin diantara butir-butir debu dan tumpukan bebatuan di Gunung Uhud, ialah perwujudan dari do'a yang selalu di istiqomahkan Mimi Tur, terlebih ketika membaca Aurod Silsilatul Haramain, Mimi Tur menggerakkan hatinya ketika membaca kata syuhada uhud, pun kita semua tat kala sampai pada kata tersebut membacakan Fateha untuk Mimi Tur. Bahkan menurut Abah Tohir sendiri, Mimi Tur dimakamkan di Uhud ialah karna kecintaan Mimi Tur kepada dari Syaidatina Fatimah Az Azhahra.

Kepulangan Mimi Tur ialah kupalangan yang Mimi sendiri menuntunya, siapa yang sangka bahwa Umroh tersebut Mimi Tur pamit dari tanah airnya, kepulangan yang mungkin memilih untuk Mimi Tur sendiri merasakanya beban dan perih atas suatu kepergian, sementara orang-orang terkasih, saudara, sahabat, serta santri dan alumninya menganggap Mimi Tur masih menanamkan kebaikan di hati kita masing-masing. Mimi Tur masih hidup sebagai kenangan, keteladanan, kebaikan serta pedoman atas nilai kehidupan.

Sumber: Hasan Malawi (PP IPNU) 


Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: Arif Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain