Kiai Sanusi dan Kiai Tarmidi yang Tawadhu'

Oleh: M. Arif Al-bonny

Di tahun 70 an, Kiai Tarmidzi bin Kiai Marzuki dari Nagrog Galagamba mengadakan pagelaran wayang di rumahnya. Pagelaran wayang dikalangan pesantren masih di anggap hal tidak baik, sehingga para dzuriyat dan para santri di larang menonton pewayangan. Suatu saat ada kiai kampung mengadakan pegelaran wayang di rumahnya, nagrog, yakni kiai Tarmidzi bin kiai Marzuki. Dalam pegelaran wayang itu, Kiai Tarmidzi mengundang beberapa santri pondok assanusi Babakan yang di asuh Kiai Sanusi untuk menghadirinya. Kiai sanusi adalah muridnya kiai Amin sepuh babakan.

Belasan santri menghadiri undangan kiai Tarmidzi dalam pagelaran wayang yang di adakan semalam suntuk. Selesai pegelaran, para santri kembali ke pondok pesantren. Dan kepulangan para santri ternyata sudah ditunggu kiai sanusi didepan pondok. Belasan santri pun di takjir oleh kiai sanusi, dengan hukuman berendam di kolam pondok (balong). Berjam-jam santri berendam di kolam sampai ada perintah selesai hukumannya.

Kabar para santri ditakjir oleh kiai Sanusi pun terdengar sampai telinga kiai Tarmidzi. Mendengar hal itu kiai Tarmidzi langsung menuju pondok Assanusi untuk membela santri yang menonton pagelaran wayang. Kiai Tarmidzi pun mendatangi pesantren Assanusi dan melihat para santri sedang di takjir, dan melihat kiai Sanusi berada di atas kolam. Kiai Tarmidzi pun langsung memerintahkan para santri untuk naik dari kolam dan selesai hukumannya. Tidak disangka kiai Tarmidzi memerintah kiai Sanusi untuk turun ke kolam pesantren menggantikan takjiran para santri, kiai Sanusi pun mengikuti perintahnya, langsung turun ke kolam untuk menerima takjiran oleh kiai Tarmidzi.

Ditengah-tengah kiai Sanusi sedang di rendam di kolam pesantren, tanpa sepengetahuan kiai Tarmidzi dan Kiai Sanusi, serta para santri, muncul sosok kharismatik, yakni kiai Amin sepuh. Semua tertegun dan kaget melihat kiai Amin sepuh berada di atas balong pondok dan  melihat kiai Sanusi sedang direndam di balok pondok . Tanpa berpikir panjang kiai Tarmidzi pun ikut turun ke kolam pesantren, dan berendam bersama kiai Sanusi.

Akhirnya para santri yang di takjir di kolam pesantren tergantikan oleh dua sosok kiai hebat, yakni kiai Sanusi dan kiai Tarmidzi. Saling hormat dan takdzim satu sama lainnya.

(Marzuki ahal. Sumber cerita)

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain