Jejak tokoh dan dinamika Aswaja Kontemporer

Jendela Aswaja - Akidah Ahlusunah waljamaah berkembang diberbagai negara dunia, kita dapat mengikuti perkembangan Aswaja dari berbagi wilayah Timur, Afrika, Asia sampai Indonesia. Perkembangan ini menyertakan sejarah yang melatarbelakangi berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Di Indonesia, tentang ‘restu simbolik’ Mbah Kholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk mendirikan NU melalui pesan yang disampaikan oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin kepada Kiai Hasyim Asy’ari berupa ‘tongkat’ dan ‘tasbih’ yang legendaris itu. Pemberian tongkat dan tasbih sebagai simbol restu gurunya (Mbah Kholil Bangkalan) kepada kiai Hasyim Asy'ari untuk mendirikan Jam'iyyah Nahdlatul ulama. Amanat ini diteruskan oleh murid-murid Kiai Hasyim Asy'ari yang telah tersebar di berbagai daerah, seperti di Cirebon Kiai Solihin, Kiai Syatori, Kiai Masduki Ali dan Kiai lainnya. Murid-murid Kiai Hasyim ini mengembangkan ajaran Aswaja (NU) di daerah mereka sendiri, Ciwaringin Cirebon. 

Di Ciwaringin, banyak kiai-kiai yang ikut andil dalam menjaga ajaran Ahlusunah waljamaah dengan caranya masing-masing. Mereka menjalankan peran aktif dalam struktur organisasi, pemikiran, dan kultural. Kiai Sholihin bin Kiai Muhammad Amin sebagai santrinya Kiai Hasyim Asy'ari, membawa beberapa kiai untuk ikut berperang melawan penjajah di Surabaya dan sebagian tetap bertahan di daerah. Kemerdekaan Indonesia banyak pengorbanan dari para kiai dan santri. Kiai Solihin, beserta kiai Amin sepuh berjuang melawan para penjajah, dan kiai Sanusi, kiai Masduki Ali membentengi akidah masyarakat dengan pergerakan dan pemikiran ajaran Ahlusunah waljamaah. 

Diberbagai daerah menampilkan karakteristik ber-Aswaja yang berbeda-beda sesuai kehidupan dan pola ber - Aswaja yang bersifat universal. Namun, daerah yang mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Asy'ari, Imam Abu Mansur Al Maturidi (ilmu tauhid), Madzhab empat (ilmu fikih), Imam Abu Hamid Al Ghazali dan Imam Junaid Al Baghdadi (ilmu tasawuf), itulah haluan Aswaja yang sama dengan Aswaja Annahdiyah di Indonesia. Yang berkarakter Tawasuth, Tasamuh, Tawazun dan 'Itidal. 

Kini telah lahir buku perdana "Gerakan NU Ciwaringin" yang mengangkat perjalanan NU di kecamatan Ciwaringin dan gerak kiai-kiai kampung. Pada buku ini, mengangkat sebagian tokoh kiai kampung yang aktif dan gerak dalam organisasi NU struktural dan kultural. Mereka menjadi pengurus NU secara struktural di kabupaten Cirebon dan bergerak ditengah masyarakat dengan gerakan kultural. Mereka mengambil posisi masing-masing. 

Hadirnya buku "Gerakan NU Ciwaringin" merupakan hasil dari kajian bulanan Ansor Banser PAC Ciwaringin. Sumber dan data dalam kajian buku ini, dihasilkan dari tutur kata keluarga, santri dan masyarakat, serta ada beberapa data artefaknya. Kejian dan pencatatan dari buku ini akan dilanjutkan dalam beberapa kajian oleh PAC Ansor Banser Kecamatan Ciwaringin. 

"Menghargai dan menghormati jasa-jasa para pendahulu (pejuang, kiai, tokoh masyarakat) adalah bangsa yang besar.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain