Adab Sebagai Kunci dalam Mendidik

Jendela Aswaja- Merujuk dalam Kitab Ta’lîmul Muta’allim, yang merupakan salah satu kitab yang mengajarkan nilai-nilai ilmu, Adab dan tuntunan belajar. Nama lengkap penyusunnya adalah syekh Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata al-Zarnûj dinisbatkan kepada salah satu kota terkenal dekat sungai Oxus, Turki. Dari penisbatannya kepada al-Hanafi di ujung namanya dapat diketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Kitab ini mengajarkan bahwa pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan (skill), namun paling penting adalah transfer nilai adab. Kitab ini masyhur di kalangan pesantren-pesantren NU dalam pendidikan adab.

Saat ini banyak dari para penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Kenapa? Diantara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang diinginkan sedikit maupun banyak. Maka ada beberapa poin yang harus kita perhatikan dalam mencari ilmu itu, diantaranya

Niat ketika belajar

Imam Zarnuji menyebutkan, bahwa seorang pelajar harus menata niat dengan benar saat menuntut ilmu “innamal a’mâlu binniyyât”. Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam al-Zarnuji ketika menuntut ilmu. Pertama, mencari ridha Allah SWT. Kedua, menghilangkan kebodohan. Ketiga, menghidupkan agama Allah. Keempat, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji jugamemberi peringatan supaya seorang pelajar tidak mencari ilmu dengan maksud mencari kekuasaan, materialistik, dan keuntungan duniawi. 

Memilih ilmu dan guru

Dalam pasal ini imam al-Zarnuji memberi saran bagi para pelajar untuk memilih ilmu dan guru. Hendaknya bagi seorang pelajar mendahulukan ilmu yang dibutuhkannya sekarang dalam urusan agama (ilmul hal), baru kemudianmempelajari ilmu yang berguna baginya pada masa yang akan datang. Dan ImamZarnuji menyarankan agar mencari guru yang lebih pandai dan lebih sepuh dari dirinya.

Menghormati ilmu dan ahlinya

Di sini Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia bisa menghormati ilmu dan gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan seorang pelajar, diantaranya adalah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara disisi gurunya. Hal ini sangat penting bagi pelajar untuk mendapatkan keberkahan dan kemanfaatannya, sebab jika seorang pelajar tidak hormat atau bisa memuliakan ilmu dan gurunya, keberkahannya akan hilang dan menyebabkan ilmunya tidak bermanfaat. Larangan keras bagi pelajar untuk bersikap berprasangka buruk terhadap gurunya.

Tekun dan kesungguhan 

Imam al-Zarnuji memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan kesungguhan dan ketekunan. Kesungguhan tidak hanya bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan anaknya. Beliau banyak memberi saran supaya ilmu itu kuat melekat pada diri seorang pelajar. Di antaranya dengan mengulang pelajaran pada setiap permulaan dan akhir malam.

Bersikap wara’ ketika belajar

Imam al-Zarnuji memberi wejangan kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur, banyak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, menghindari makanan dari pasar bila memungkinkan, menggunjing, bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya. Dan hendaknya mereka bergaul bersama orang-orang sholeh, duduk menghadap kiblat, mengamalkan sunnah-sunnah Rasul, memperbanyak sholawat.

Dari berbagai penjelasan, bahwa dengan ilmu manusia bisa menjadi mulia, dan dengan ilmu manusia bisa melahirkan pengetahuan-pengetahuan. Yang membedakan manusia dengan hewan adalah ilmu. Selain ilmu hewan mempunyai sifat yang sama dengan manusia.“Bukankah kerugian, jikalau telah bermalam-malaman tanpa manfaat umur berjalan.” Malam apabila kita gunakan untuk tidur, itu merupakan terhitung jatah umur, dan apabila kita gunakan untuk tidur semua, maka akan sia-sia. Bangunlah dimalam hari agar kamu mendapat petunjuk. Berapa lama lagi kamu akan tidur malam sedangkan umur terus berlalu. Rasulullah saw bersabda: “Mintalah turunnya rezeki dengan mengeluarkan sedekah.”

Terakhir, bahwa Akhlak lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Didiklah diri kita dengan akhlak agar ilmu yang kita dapat menjadi berkah dan mendapat. "Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak".

Beragam kitab yang digunakan dalam pembelajaran akhlak antara laina-Akhlâqlil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja, Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali, dan yang sangat terkenal disetiap pesantrenya itu kitabTa’lîmal-Muta’allim Tharîqat-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji.

Mendakwah kepada anak

Ketika menasehati anak lebih baik mencontohkan jangan hanya menyuruh karena anak-anak membutuhkan contoh untuk ditiru.

Mendoakan anak

Ketika anak berperilaku kurang baik di doakan jangan dimarahi dan ketika kita sebagai orang tua marah jangan pernah berkata buruk karena omongan kita itu bisa jadi doa untuk anak maka jika ingin anak baik bertutur katalah dengan baik

Mendukung anak

Selain anak butuh motivasi anak juga butuh dukungan dari orang tua untuk mencapai tujuannya dan orang tua wajib mendukung anak kejalan yang benar.

Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ada 4:

1. Syaikhun fatakhun

(guru yang mampu membuka hati muridnya/pendengarnya) maka sanad keilmuan itu penting

2. Kutubun syaikhun

Memiliki catatan yang berkualitas, kitab yang bagus untuk dibaca

3. Akhlun rojanun

Kecerdasan akal karena dilatih lewat murojaah, badan kita diolah dengan olah raga, mengolah hati juga dengan muhasabah diri.

4. Sering mutholaah/membaca teks

Karena otak manusia gampang lupa jadi harus diulang lagi, dipelajari, agar hafalan tidak hilang. Membaca, menghafal dan memahami adalah metode yang efektif bagi santri atau pelajar salam menuntut ilmu.

Makanya, kenapa Allah sampai mengaitkan ilmu dengan surga? Karena begitu penting dan utamanya ilmu untuk manusia. Mencari ilmu itu untuk beramal,"sejelek-jeleknya manusia adalah yang memelihara kebodohan." musibah yang paling besar adalah kebodohan. Dalam materi dikuliah ramadhan ini, kita latih, dan tanamkan dalam diri kita untuk memiliki akhlak/ adab, semua ucapan, tindakan sikap dan berpikirnya harus di landasi adab.

Kiai Mukhit Gintung Lor

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain