Menjaga Hati dalam Beribadah Kepada Allah dan sesama Manusia

 

Bulan ramadhan, jadikan sebagai bulan wawas diri, bulan menambahkan pahala, dan bulan untuk meningkatkan ibadah, berpuasa dan shalat tarawih.

Ada beberapa hal penting dalam menata hati kita, agar ibadah kita kepada Allah dan berhubungan sosial tidak rusak dengan sesuatu hal kecil, diantara nya adalah;

Pertama, kita lihat Nabi Muhammad dari setiap tindakan, ucapan, dan keputusannya selalu memikirkan umatnya. Tidak pernah mengukur dengan kemampuan dirinya, seperti dalam shalat dan puasa. Nabi Muhammad shalat tarawih berjamaah di mushollah bersama sahabat sampai delapan raka'at, kemudian masuk di dalam rumah, tidak berjamaah kembali lagi. Dengan alasan, bahwa kalau nabi Muhammad shalat tarawihnya dua puluh rakaat setiap hari, takutnya shalat tarawih ini di wajibkan oleh Allah, dan takutnya umat Muhammad tidak mampu. Shalat fardhu dan puasa wajib ramadhan saja umat Muhammad masih banyak yang keteteran. Shalat tarawih di jalankan tapi shalat fardlunya tidak, puasa sunnahnya di lakukan tapi puasa ramadhan nya tidak, ini termasuk orang-orang yang merugi. Namun umat Muhammad lebih bagus ketimbang umat-umat sebelumnya. Karena umat Muhammad ini adalah umat yang mampu percaya, yakin akan syariat ajaran nabi Muhammad, walaupun tidak pernah melihatnya.

Kedua, Allah SWT itu maha pengampun, akan tetapi ketika kita punya salah terhadap manusia lain, dan manusia itu belum memaafkan makan Allah juga belum memaafkan. Makanya, kita harus sering bersilaturahmi, meminta maaf kepada sesama manusia, walaupun diri kita tidak merasa melakukan kesalahan. Dan jangan terlalu lama bertengkar dengan sesama manusia, sebab permusuhan itu akan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti. Berbeda dengan kesalahan yang di lakukan manusia kepada Allah. Jika kita bermaksiat kepada Allah, dan kita bertaubat atau meminta ampunan, Allah pasti akan mengampuninya, Allah maha Pengampun. Maka perbanyaklah muhasabah atau wawas diri di bulan ramadhan ini, berdzikir dan beriman kepada Allah. Dengan kesalahan sekecil apapun, jangan pernah berhenti minta pengampunan dan bertaubat, perkuat hubungan sesama manusia ini.

Ketiga, ketika kita seorang guru, maka saat mengajar jangan di niatkan mengajar akan tetapi diniatkan nderes (belajar). Supaya ketika ada yang salah dalam penyampaiannya itu dapat di maafkan. Dan setelah habis mengajar mintalah pengampunan kepada Allah siapa tahu ada kesalahan dalam penyampaian ilmu tadi.

Keempat, Ketika akan shalat, usahakan menggunakan pakaian terbaik karena menghadap ke Allah, manfaatnya bisa mengurangi hisab pakaian yang tersimpan dilemari. Harta kekayaan yang kita dapat, kita pakai dan kita miliki semuanya ada pertanggung jawaban nantinya.

Kelima, Tingkatkan ibadah kita kepada Allah ketika bertambah umur kita. Jangan sia-siakan waktu muda kita dalam beribadah. Bentuk ibadah kepada Allah itu banyak jalannya, carilah jalan yang benar dan kita bisa merasakan nikmatnya beribadah tadi. 

Terakhir, menata hati dengan baik, orang yang mempunyai hati buruk itu, diibaratkan seperti daerah yang kering tanahnya, tidak subur, dan tanaman tidak tumbuh sehat. Berbeda dengan orang yang memiliki hati baik, seperti tanah subur yang tanaman-tanamannya lebat dan sehat. Hati yang baik seperti tersirami oleh iman kita kepada Allah SWT. Belajarlah untuk berprasangka baik dengan segala hal, baik kepada Allah maupun sesama manusia. Red./Eya

Pemateri: KH. Ahmad Nuri Budur


Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: M. Arif al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain