Malam Nujulul Qur'an: Menggapai Syafaat dan Cahaya ayat Suci Allah

(Pemateri: KH. Ahsan Hariri Arjawinangun) 

Malam 17 Ramadhan di yakini sebagai malam diturunkannya Al Qur'an, saat nabi Muhammad Saw berada di gua Hiro Jabal Nur Makkah. Malaikat Jibril menyampaikan lima ayat surat Al 'Alaq atas perintah Allah. Saat nabi menerima ayat itu, tubuh nabi sangat bergetar dan menggigil, apalagi malaikat Jibril menampakkan dalam wujud yang asli. 

Al Qur'an itu derajatnya ada di atas, orang yang ingin menerima Al Qur'an adalah orang yang akan menerima Hidayat. Sebab al Qur'an sebagai pegangan hidup yang memiliki cahaya dalam menyinari pikiran dan hati manusia. Al Qur'an itu Kalamullah yang penuh cahaya dalam berbagai warna pancaran. Di malam Nujulul Qur'an ini, tangkaplah cahaya itu dengan membacanya, mentadaburinya dan mengamalkan isi kandungan Al Qur'an. Perkenalkanlah ayat suci Al Qur'an kepada anak- anak mulai dini. Mulai dari bentuk fisik mushaf, cara memegangnya, mendekapnya, menciumnya, dan mendengarkan cara membacanya. Kalau kita belajar membaca Al Qur'an itu, lihat bibir seorang gurunya supaya kita bisa sama cara membaca dan bisa fasih dalam menlafadzkannya. Inilah cara mendidik anak yang dilakukan oleh orang tua. 

Kalau belajar membaca Al Qur'an perbanyak guru, perhatikan bibir dan cara baca sifat huruf dan makhrojnya, pelajari ilmu-ilmu tajwidnya. Sebelumnya ada metode Bagdadi cara baca Al Qur'an, sekarang ada Iqro, Yanbu'a, Qiroati dan lainnya. Semakin banyak metode yang kita pelajari semakin bagus bacaan kita. Terus bermurojaah, pelajari isi kandungan Al Qur'an, sejarah asbabul nujulnya, dan mengamalkannya. Hal ini menunjukkan bahwa mengaji Al Qur'an itu tidak mudah dan tidak bisa sembarangan asal membaca saja, apalagi kalau belajar membaca  Al Qur'an lewat teks Indonesianya, bisa tidak pas huruf dan makhrojnya. Carilah guru ngaji Al quran, bertadarus seperti yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw bertadarus dengan malaikat Jibril di bulan ramadhan. Ini nabi sudah mencontohkan ngaji Al Qur'an bertadarus dengan Jibril. Dan jangan pernah berhenti untuk belajar Al Qur'an sampai kapan pun, jangan sampai kita tertarik dengan ajakan Tahfidul Qur'an, terlihatnya madu tapi ternyata racun. Seperti ajakan kita kembali kepada Al Qur'an dan hadits. Ini bisa menjadi kedangkalan dalam pemahaman Al Qur'an, kenapa? Karena kita harus mengerti ilmu tajwid, makhroj, sifat huruf, asbabul nujul, ilmu tafsir, ilmu bahasanya untuk memahami Al Qur'an. 

Al Qur'an sebagai petunjuk untuk seluru umat manusia (Hudan Linnasi / way of life) sebagai pedoman untuk menjalankan kehidupan. Ada kisah tentang orang non muslim mempelajari Al Qur'an dan sudah paham isi kandungannya. Ia mengakui kebenaran ayat suci Al Qur'an, tapi ia tidak mau masuk Islam. Kenapa? Karena ia belum dapat petunjuk dari Allah, dan hati, mata, telingan dan pikirannya ditutup oleh Allah. Jadi ia merasa belum mendapat petunjuk dari Allah. Ini pengakuan dari orang non muslim akan kebenaran Al Qur'an dan sebagai pedoman hidup.

Al Qur'an itu seperti berlian yang memiliki banyak sisi keindahan. Al Qur'an akan selalu berkerlipan sepanjang zaman untuk orang yang memiliki hati bersih, tulus dan haus akan nilai-nilai Al Qur'an akan bisa menikmati keindahan dari Al Qur'an (Akhsin Sakho Muhammad). 

Sinari rumah-rumah kita dengan bacaan Al Qur, kalau rumahnya saja mendapat cahaya Al Qur'an, apalagi yang membacanya, tersinari hati dan pikirannya. Orang yang membacanya mendapat pahala apalagi yang bisa memahami isi dan mengamalkan isi Al Qurannya. 

Maka rugilah orang muslim yang selama hidupnya tidak membaca Al Qur'an. Dalam juz Amma, yang ayatnya pendek-pendek, agar kita tertarik untuk membacanya. Sepertiga dari Al Qur'an itu termuat didalam surat Al ikhlas (Juz ammah). Dalam kisah sahabat Ali, ketika nabi Muhammad memberikan perlombaan menghatamkan Al Qur'an, sayyida Ali cukup membaca surat Al ikhlas tiga kali. Membaca surat Al ikhlas sekali pahalanya sama seperti membaca seperempat Al Quran, kalau membaca tiga kali sama seperti hatam Al Qur'an. Ini cerdasnya sayyida Ali, maka nabi berkata " Ali adalah pintunya Ilmu, dan saya (nabi Muhammad) kotanya Ilmu". 

Terakhir, Do'a yang terkabul itu Do'a yang di awali hamdalah dan sholawat , dan di akhiri sholawat dan hamdalah. Sayyidina Ali ketika doa di kabulkan, sahabat Ali senang, ketika doanya tidak di kabulkan lebih senang, kenapa? Karena itu ketentuan Allah SWT.  Ketika kita berdoa usahakan doa dunia dan akhiratnya terbawa. Duniawiyah akan kalah sama nikmat sehat, nikmat sehat akan kalah sama nikmat iman dan Islam. 

*Membaca "Robunallah" sepuluh kali setelah shalat maktubah dan sebelum wirid sholat.

*Membaca ayat kursi sekali 

Materi disampaikan di kuliah ramadhan Dukumire.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain