Kiai Fuad Amin: Kiai Yang Berani Berkembang dan mudah adaptasi dengan berbagai Lapisan Masyarakat.

Kiai Fuad Amin (wafat 1997 M) salah satu keturunan dari kiai Amin Sepuh (Kiai Abdul Qohar). Pada tahun 1967, kiai Fuad Amin mendirikan Balai Pendidikan Pondok Putri (Bapenpori) yang merupakan pondok putri tertua di Babakan Ciwaringin Cirebon dengan sistem pendidikan tradisional seperti mengkaji kitab-kitab tauhid, fikih, akhlak. Dalam perkembangannya, kiai Fuad mendirikan Madrasah Salafiyyah Syafi'iyyah (MSS BAPENPORI) di tahun 1986. Dengan adanya Madrasah, mulai diterapkan sistem tradisional dan modern dengan materi bahasa, pengembangan potensi dan kesenian.

Kiai Fuad Amin merupakan kiai yang proges, produktif dan berani melangkah untuk perkembangan pesantren. Kiai yang mampu memberikan pembelajaran dalam pemberdayaan SDM para santri. Terobosan dan ide-ide menarik sering di gelontarkan kepada santri untuk proges, berani bersikap dan maju. Kiai yang mudah adaptasi dengan berbagai kalangan sehingga ide-ide kiai Fuad Amin banyak diterimanya.

Ide dan Metode didikan Kiai Fuad Amin

Dengan wajah yang tampan, memakai jas, terlihat kegagahan dan keberanian kiai Fuad Amin ketika berbicara maupun bersikap. Sikap keberanian kiai Fuad banyak diakui oleh beberapa kalangan masyarakat dan kiai-kiai lainnya. Terlihat keberanian kiai Fuad Amin sebagai seorang kiai berani meresmikan gereja Santa Maria di Cirebon pada tahun 80' an. Tindakannya itu bukan tanpa diperhitungkan, dan ia mengetahui resikonya. Banyak masyarakat dan para kiai Babakan marah dan membicarakan tindakan kiai Fuad Amin. Namun kiai Fuad Amin menanggapinya biasa saja, tanpa harus menjelaskan tindakannya itu. 

Kiai Fuad Amin ketika mengisi acara pengajian atau ritual ke NU an selalu membawa santrinya. Santri yang dibawa Kiai Fuad Amin akan disebar dan berbaur dengan berbagai lapisan masyarakat, dengan tujuan santri mengetahui kultur dan kehidupan masyarakat setempat. Santri yang di bawa Kiai Fuad di latih untuk peka terhadap kehidupan dan cara meneliti masyarakat. Jarang sekali Kiai yang berpikir seperti ini, mendidik santri secara langsung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ketika santri yang di bawa Kiai Fuad tidak mendapat informasi maka santri akan dimarahi oleh Kiai Fuad Amin. 

Sikap lain, ketikan ada santri MHS Babakan yang dari Gintung menanyakan ke kiai Fuad Amin tentang dirinya yang ditegur oleh kiai Abdullah Ciwaringin bahwa santri MHS sekarang kok sekolahnya memakai celana sudah bukan santri lagi, sudah mengikuti penjajah, pada mau jadi pegawai. Kiai Fuad menyikapinya dengan santai  " ya beli papa cung, sekolah celanaan kaya pegawai gah, dunia ini terus berkembang, harus mengikuti perubahan zaman tanpa meninggalkan ajaran Kiai-kiai MHS". Model gaya santai, tak acuh, biasa saja dalam mengatasi masalah menjadi karakter kiai fuad Amin. 

Sikap toleran, plural dan menjaga persatuan sebagai manusia sudah dilakukan oleh kiai Fuad Amin di tahun 80'an itu. Ia didik para santri dan masyarakat untuk bisa menerima perbedaan, cara berpikir terbuka, dan termotivasi dirinya untuk maju. 



Sumber: Kang Mahally

Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: Arif Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain