KH. Nurhadi Thoyyib yang dikenang Masyarakat Ciwaringin

Kiai Nurhadi Thoyyib adalah pengasuh Pondok Pesantren Hadiqoh 'Usyaqil Qur'an (HUQ) Babakan Ciwaringin Cirebon. Ia adalah menantu dari kiai sepuh Babakan Ciwaringin, kiai Abdul Hannan. Ia lahir di kota Malang pada 12 Juli 1954 dan menikah dengan  Nyai Hj. Rubaeah Hannan, yang merupakan putri bungsu KH. Abdul Hannan. Dari pernikahannya, kiai Nurhadi dikarunia 5 orang anak yaitu M. Azka Rosyada, M. Azmi Alivi, Najma Shilliya Hannan, Ihda Silvia dan Vicky Mazaya M, dan sudah dikaruniai tiga orang cucu. 

Kiai Nurhadi mengasuh pondok HUQ dengan karakter pesantren yang berkonsentrasi pada ilmu Al Qur'an dan murottal. Kiai Nurhadi yang memiliki suara bagus dan merdu, pandai qiro dan murrotal sehingga pesantren HUQ terkenal dengan ciri khas murrotalnya. Ia mengajarkan dan menerapkan seni baca Al Qur'an murrotal ketika para santrinya mengaji. Menurutnya, membaca Al Qur'an itu harus dengan suara yang enak di dengar biar orang yang mendengarkan bisa merasakan keindahan ayat-ayat suci Al Qur'an. Walaupun kiai Nurhadi sebagai pengasuh pondok pesantren babakan, namun dirinya merasa bahwa dirinya tetap akan menjadi santri selamanya, karena di Babakan banyak guru-gurunya.

Kiai Nurhadi dikenal sebagai kiai yang terlihat keras namun suka guyonan. Gaya guyonan kiai Nurhadi tidak mengurangi wibawanya sebagai seorang kyai sehingga tak mengurangi rasa hormat para santri yang dididiknya dan masyarakat Ciwaringin. Ketika ada santri yang bandel atau malas belajar, ia pasti bilang "mene-mene tak slentik cungure ben setane pada lunga". Bahkan ketika bercengkrama atau ngobrol dengan masyarakat Ciwaringin sering memulai pembicaraan dengan nada serius dan ditengah obrolan semuanya bisa ketawa bersama. Gaya guyonan itu menjadi ciri khas guyonan kiai Nurhadi ditengah masyarakat Ciwaringin.

Kiai Nurhadi bukan hanya kiai yang dimiliki oleh para santri namun oleh seluruh masyarakat Ciwaringin. Karena peran dan kiprah di tengah masyarakat. Ia selalu menghadiri undangan-undangan masyarakat Ciwaringin baik dalam acara kematian dengan acara tahlilan, mengisi pengajian untuk memberikan mauidhoh Hasanah dan acara kebangsaan. 

Kiai Nurhadi: Semangat hidup dan semangat Sehat

Di kecamatan Ciwaringin kiai Nurhadi selalu diminta untuk memimpin bacaan surat Yasin dalam acara kebangsaan 17 Agustus oleh masyarakat Dukumire, di haul dikebon gedang, Gintung ranjeng, Diminta untuk menyolati jenazah, dan menghadiri berbagai undangan masyarakat. Peran aktif kiai Nurhadi inilah yang membuat masyarakat merasa dekat dengan seorang kiai. Dengan berbagai kesibukan dan mendidik para santri, kiai Nurhadi masih bisa menyempatkan diri hadir di berbagai acara lapisan masyarkat awam. 

Bertepatan ditahun 2021, Indonesia terkena wabah virus Corona, semua aktifitas dan kegiatan masyarakat dibekukan. Selama dua tahun Indonesia terserang virus Corona, rumah kiai Nurhadi masih menerima tamu dengan mengikuti protokoleh kesehatan. Dan aktifitas beliau tidak berhenti, ia masih menyempatkan hadir dalam acara 17 Agustus di tahun 2021, ia ikut berdiri sambil menyanyikan lagu Indonesia raya dan ya Lal Wathon, padahal ia baru sembuh dari penyakit strok ringan. Di tahun kemarin penghormatan terakhir kiai Nurhadi untuk bangsa ini. Dengan semangat hidup, semangat untuk sehat, dan semangat beraktifitasnya menjadi tauladan bagi kita semua.

Kiai Nurhadi juga aktif dalam berorganisasi ke NU an, baik tingkat ranting maupun PC. Salah satunya mengikuti kegiatan Lailatul ijtima MWC Ciwaringin, rapat bulanan di KBNU Ciwaringin, dan hadiyuan.  Ia ikut andil dalam proses pembanguan KBNU Ciwaringin dari awal proses peletakan batu pertama sampai bentuk bangunan jadi.


Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: Arif Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain