Mengenal Peran Kiai Subhan Salim Ditengah pergumulan warga NU Ciwaringin

Jendelaaswaja.com - Biodata: KH. Subhan Salim lahir di gintung kidul Ciwaringin Cirebon pada hari kamis, 10 desember 1962 M. Di usia belasan kiai Subhan Salim belajar ngaji di pondok kempek dibawah asuhan kiai Umar, kiai Harun, kiai Aqil Siradj, habib Usman (1975), dan mondok ke gedongan ngaji ke kiai Sa'id (1981), terus ke pesantren Tebuireng jombang (1985-1990).

Rekam berorganisasi dan pergerakan: Dewan Syuro PKB PAC Ciwaringin (2000), Rais Syuriyah MWC Ciwaringin (2019), kepala Madrasah Diniyyah, DKM Masjid Desa gintung kidul, LKMB, ketua Komite sekolah.

Apa pendapat kiai Subhan Salim tentang NU saat ini? 

Kiai Salim: sejak dulu saya masuk dalam ke NU an yang bersifat kultur. Namun, sejak NU keluar dari partai masumi, di tahun 1982 NU keluar dari partai politik. Sejak itu saya sudah mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan NU struktural. Kalau saat ini NU masih mengedepankan kegiatan kulturnya saja, maka NU akan mudah terkikis. Gerakan NU harus kuat di berbagai lapisan kultural maupun struktural, sehingga bisa berjalan beriringin, saling menguatkan seperti menjalankan tahlilan, marhabanan, manaqiban, ziarah yang tetap di lakukan, dan pengkaderan secara organisasinya juga berjalan, di IPNU-IPPNU melakukan makesta, lakmud, lakut, di ANSOR BANSER melakuakn PKD, Diklatsar. Apalagi sekarang sudah zamanya modern, teknologi berkembang, semuanya menggunakan teknologi, harus ada gebrakan dan dedikasi yang tinggi terhadap NU melalui medianya. Seperti hal ini, kita ngomong NU, gerakan, pemikiran para kiai yang di rekam dan di liput jendela Aswaja, saya sangat mendukung, kalau itu memang untuk perkembangan NU. Dan memang NU saat ini ya caranya seperti itu, kalau dulu pasti beda. 


Baca juga : 


Disisi lain perjuangan NU di tingkat perdesaan masih banyak yang harus di perbaiki, salah satunya kepercayaan warga nahdhiyyin terhadap NU itu sendiri. Misal ketika membangun gedung KBNU di ciwaringin kalau yang ngomong anak-anak mudah NU atau pengurus harian NU, masih di pertanyakan. Tapi kalau yang ngomong rais syuryah atau para kiai, masyarakat percaya dan mau mengikuti kegiatan-kegiatan ke NU an. Jadi pengurus NU saat ini harus memperbaiki kepercayaan-kepercayaan masyarakat, dengan cara jujur tidak korupsi uang NU, merealisasikan progam-progamnya, silaturahmi dengan masyarakat. 

Apa yang membuat kiai Subhan Salim yakin terhadap gerakan dan amaliah NU itu sendiri? 

Kiai Salim: lah kita inikan sejak lahir sudah ber NU, orang tua kita NU, kakek saya NU dan guru-guru saya juga orang yang aktif dan mengabdi di NU. Saya mondok, ngaji, belajar di kiai Umar Kempek, kiai said Gedongan, di Tebuireng. Tapi ada satu hal yang begitu menyakinkan hati saya untuk mengabdi di NU yaitu bisa mengikuti jejak perjuangan para kiai dan para wali. Saya yakin hadro syekh Hasyim Asy'ari itu tidak meninggal, hanya pindah tempat kehidupannya saja, mereka masih terus mendoakan orang-orang yang mengabdi dan berjuang di NU. Hal ini saya buktikan ketika menunaikan haji dengan tawasul ke NU dan para pendirinya. Bentuk sederhana ini yang menjadikan saya yakin dan bangga bisa mengurus dan mengabdi di MWC NU ciwaringin. 

Dan perjuangan di NU itu tanpa syarat. Apapun yang kita lakukan, kita gerakkan semuanya ibadah, dan itu tidak perlu syaratnya begini begitu. Siapapun bisa aktif dan bergerak di NU, asal kita bener-bener ingin berkhidmah. Ketika kita berjuang dan bergerak di NU, ridho para wali, para kiai akan kita dapatkan, asal kita bener-bener mengabdi dan berjuang di untuk NU. Beda dengan ibadah kalau syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka ibadah kita tidak sah. Itulah enaknya berjuang di NU. 

Selaku rais syuriyah MWCNU Ciwaringin 2021, bagaimana kiai Subhan Salim mengelola roda kepengurusan NU, mulai dari kegiatan yang bersifat kultur maupun struktur dan harapan untuk NU ke depan ?

Kiai Salim: ya mengelola NU itu ada kerasnya dan ada kendornya, saya juga melihat situasi kondisinya. Dalam ngurus NU itu tidak bisa kita keras terus maupun sebaliknya, sebab warga NU itu lebih banyak dari kalangan bawah, orang-orang desa yang suka menjalankan amaliah ke NU an. Mereka orang-orang yang suka akan amaliah NU, walaupun mereka tidak tahu siapa pengurus PBNU, PCNU, ANSOR BANSER, IPNU IPPNU tapi mereka mau ngurus NU dan mengamalkan amaliahnya. Hal semacam ini menjadi tantangan bagi pengurus NU, satu sisi menghadapai masyarakat NU kultural dan sisi lain pengurus NU struktural. Maka dalam mengelolanya kita harus bisa menyesuaikan arah tujuan NU itu sendiri. Sekarang yang lagi saya pikirkan bagaimana caranya pengurus NU bisa aktif di desa-desa (pengurus ranting) dan bisa membangun kepercayaan masyarakat terhadap NU. Sebab ditengah masyarakat yang paling dipercaya itu adalah rais syuriyahnya (para kiai), dan pengurus lainnya kurang.

Maka kedepan NU harus punya progam-progam yang bisa membantu masyarakat bawah. Kita kelola NU itu dari bawah, kita urus ranting-ranting di desa, hadir dikegiatan-kegiatan masyarakat. Saya sudah menerapkan beberapa progam dari NU. Pertama: Ijtima', kegiatan rutin bulanan keliling desa-desa dengan berdzikir dan berdoa bersama. Kegiatan ini sebagai silaturohmi pengurus NU dengan warga NU. Kedua, Tabungan Ta'ziah, progam ini untuk membantu kebutuhan masyarakat dalam simpan pinjam. Anggota yang meminjam tidak dikenakan bunga, tapi dengan shodaqoh seikhlasnya saja. Dan anggota yang ikut menabung ketika ada keluarga yang meninggal akan di shalati oleh 40 kiai sekecamatan ciwaringin (berjalan 2th). Ketiga, Progam Kas Abadi, progam ini kita mencari donatur atau warga yang orang tuanya ingin ditawasuli dan didoakan tiap minggunya oleh para kiai dan uang kas ini tidak di pakai untuk kegiatan NU tapi akan di tasharufkan untuk guru-guru yang ingin bergerak di musholah-musholah. Mereka akan mengisi kajian-kajian kitab kuning di musholah-musholah yang dibutuhkan masyarakat.  

Jadi, ketika mengurus NU harus di bangun progamnya dengan pola kebutuhan masyarakat bawah. Dan jangan pernah takut untuk membuat dan menjalankan progam.


Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: Arif Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain