Shalawat Burdah: Syair Kerinduan Kepada Kekasih Allah (Muhammad saw)

Dok. Kitab Khasyiah al bajuri 'ala matan al burdah

Burdah artinya jubah atau selimut dari wol. Kasidah Burdah memiliki nilai histroris yang disakralkan waktu membacanya. Sebab di saat imam Bushiri terkena penyakit lumpuh, Imam Bushairi bertemu dengan Rasulullah, dan Rasulullah memberikan jubahnya untuk menyelimuti tubuh imam Bushairi. Di saat imam Bushairi bangun, penyakit lumpuhnya sembuh. Tatanan syair burdah menjadi cermin mahabbah Imam Bushiri kepada Rasulullah yang memiliki sifat kasih, rahmat, dan bijak.

Kasidah Burdah di susun oleh syekh Syarifudin Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id al Bushairi . Imam Bushairi adalah salah satu penyair ternama yang menyusun syair pujian (madahi) dengan rasa rindu dan cinta kepada Rasulullah.

Gubahan syair yang di tulis Imam Bushairi merupakan syair kerinduan yang memiliki nilai sastra arab yang kuat, sehingga syair burdah bisa di lantunkan dengan berbagai lagu. Keindahan susunan bahasa yang di tata imam bushairi sangat mudah untuk di lantunkan dan hafalkan, antara awalan bait dan akhiran bait ( mathla dan mimiat). Objek yang di bicarakan dalam syair burdah adalah sosok Rasulullah, Muhammad saw kekasih Allah.

Membaca kasidah burdah seperti membaca dialog kerinduan imam Bushairi dengan Rasulullah dalam dirinya sendiri. Cara imam Bushairi merasakan rindu kepada Rasulullah dirasakan didalam dirinya dan didialogkan dalam dirinya. Kerinduan dan kedalaman rasa cinta kepada Rasulullah, imam Bushairi sampaikan dalam bentuk syair kerinduan. Dengan cinta dan kerinduan inilah di jadikan tumpuan imam bushairi untuk mengungkapkan cintanya yang mendalam. 

Di Indonesia tradisi membaca burdah sama kuatnya dengan tradisi membaca al barjanzi, ad diba'i. Namun agak berbeda proses membacanya, ada yang cara membacanya seluruh syair burdah di baca dengan berbagai lagu yang di selingi tiap baitnya dengan syair maulayasho li wa salim da iman abada.. al baiti, dan ada yang membaca bergantian dengan lagu-lagu dan ada mahalul qiyamnya.  

Di balik sastra, burdah juga banyak hikmah yang di syarai oleh Imam Baijuri. Dalam sarahnya, imam Baijuri banyak memberikan mantra syair-syair burdah untuk menolak keburukan, mimpi yang indah, kesehatan, kesuksesan. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah sastra memiliki nilai keindahan, religi, dan mistik. Seperti kisah di timur tengah ketika kena wabah, semua masyarakat diperintah oleh ulama setempat untuk membaca sholawat burdah. Maka ada yang mengartikan makna burdah sebagai mantel atau selimut, dan ada juga memaknai burdah sebagai obat kesembuhan (Bur'ah).

Dalam sarahnya, Imam Ibrohim al bajuri banyak mencatat faidah-faidah dari syair burdah seperti syair " Ya la imi fil hawa al 'udri ma'dirotan.... al baitani", dapat memberikan faidah bahwa ketika kita melihat kemungkaran atau kita tidak mampu mengatasinya maka tulislah bait ini di daun, diberi minyak ja'faron dan misik dan di usapkan di kedua mata maka dengan izin Allah kita akan mendapatkan satu kekuatan. Ini menunjukkan bahwa sastra itu memiliki nilai keindahan dan makna mistik. Dan hal itu menjadi tradisi masyarakat timur maupun masyarakat indonesia. 

Isi Kandungan Shalawat Burdah 

Shalawat burdah terdiri dari 160 bait dan terbagi kedalam 10 bab pembahasan, yaitu:

1. Pembuka rasa cinta sang kekasih, yang berjumlah12 bait; "Apakah mereka mengingat tetangga dzi salam (nama tempat antara kota makkah dan madina) kau campur air mata dan darah yang mengalir dari pelupuk mata. Atau angin bertiup ke arah khadimah dan kilat berkilau dalam kegelapan idham (nama gunung atau lembah di kota madina). Mengapa kedua air matamu tetap berlinang meskipun engkau katakan, berhentilah menangis dan mengapa hatimu tetap bingung meskipun engkau katakan sadarlah." 

2. Peringatan akan bahaya menuruti hawa nafsu, sebanyak 16 bait; "Karena nafsu amarahku yang buruk tidak mengambil pelajaran karena ketidak tahuannya terhadap peringatan uban (tanda datangnya masa tua dan kematian) dan usia lanjut. Dan tidak menyiapkan perbuatan baik sebagai penghormatan tamu yang singgah di kepalaku tanpa merasa malu." 

3. Puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw, sebanyak 30 bait: "Aku telah menganiaya sunnah dari manusia yang menghidupkan kegelapan hingga kedua telapak kakinya terasa sakit karena bengkak. Ia mengikat perutnya karena lapar dan melipat bagian pinggangnya yang halus kulitnya di bawah batu. Gunung yang tinggi dari mas merayu dirinya, namun ia tunjukkan kepadanya penolakan yang tegas." 

4. Kisah kelahiran Nabi Muhammad saw, sebanyak 13 bait; "Saat kelahirannya mengungkapkan kesucian asal keturunannya, hai sekalian manusia, perhatikanlah awal kelahirannya dan renungkanlah akhir kehidupan. Suatu hari dimana bangsa Persi berfirasat bahwa mereka telah diperingatkan akan terjadinya kesengsaraan dan bencana. Istana Kisra telah runtuh sebagian sebagaimana para pengikut Kisra yang terpecah belah. Api sembahan telah padam nyalanya, karena sedih atas kelahirannya dan sungai Eufrat lupa akan alirannya karena sedih." 

5. Mukjizat, sebanyak16 bait; "Pohon-pohon datang memenuhi panggilannya dengan tunduk berjalan lurus kepadanya di atas kaki tanpa telapak. Seakan-akan ia menarik garis lurus di tengah jalan sebagaimana tulisan indah yang tertulis oleh cabang-cabangnya. Seperti awan dimanapun berjalan melindunginya dari panas matahari ditengah hari." 

6. Sastra terbesar al-Quran, sebanyak 17 bait; "Biarkan aku menceritakan tanda-tanda yang nampak padanya seperti api untuk penerangan tamu di waktu malam yang nampak di atas gunung yang tinggi. Mutiara itu semakin bertambah keindahannya ketika teratur rapi dalam ikatan benang, sedangkan derajatnya tidak berkurang dalam keadaan tidak tertur. Mengapa terlalu berharap banyak untuk menyampaikan pujian sebesar-besarnya karena ia memiliki akhlak dan sifat-sifat mulia yang tak terhingga. Ayat-ayat kebenaran diturunkan Allah Yang Maha Pengasih dan lama maknanya yaitu sifat Tuhan yang Qadim (lama)." 

7. Isra Miraj, sebanyak 13 bait; "Wahai manusia yang merupakan tanda terbesar bagi siapa yang ingin mendapatkan kebenaran, wahai manusia yang merupakan nikmat terbesar bagi siapa yang ingin mendapat kenikmatan. Engkau berangkat dari satu tempat (masjid al Haram) ke tempat suci yang lain (masjid al Aqsha) bagaikan bulan purnama yang berjalan di malam yang gelap. Engkau terus naik hingga mencapai suatu kedudukan yang dekat dari Allah, seperti jarak antara dua busur yang tidak pernah di inginkan dan dicapai oleh seorang nabipun. Semua nabi dan rasul mendahulukanmu di tempat itu seperti mendahulukan tuan sebelum pelayan. Engkau lewati tujuh lapis langit dengan mereka dalam rombongan dimana engkau adalah pemegang benderanya." 

 8. Jihad, sebanyak 12 bait; "Ketika Allah menyuruh Nabi kita untuk mentaati-Nya dengan panggilan Rasul termulia, hingga kita menjadi umat termulia. Hati musuh merasa takut oleh berita pengangkatannya sebagai nabi seperti singa yang menakutkan sekelompok kambing yang lengah. Ia selalu berjumpa mereka dalam setiap peperangan hingga mereka tertusuk tombak dan tergeletak di atas tanah. Musuh-musuh ingin berlari dan mereka berharap kiranya mereka menjadi mayat yang dimakan burung gagak dan elang. Malam-malam berlalu dan mereka tidak tahu jumlahnya kecuali malam-malam dari bulan-buln haram (rajab, dzulqa'da, dzulhijjah, dan muharram). Seakan-akan agama Islam adalah tamu yang datang ke rumah orang kafir membawa setiap pahlawan yang ingin mencabik-cabik daging mereka." 

 9. Penutup dan permohonan ampun, sebanyak 19 bait; "Sejak kucurahkan pikiranku untuk memujinya, aku dapati sebaik-baik andalan untuk keselamatan. Kecukupannya tidak luput setiap orang miskin seperti halnya hujan yang menumbuhkan bunga-bunga di bukit. Tidaklah kuharapkan kesenangan dunia dengan pujianku kepada Nabi saw. seperti yang dilakukan Zuhair ketika memuji wanita Harim bin Sina. Wahai mahluk yang paling mulia tiada tempat bagiku berlindung selain engkau ketika terjadi bencana yang menimpa semua makhluk."

*Sumber: Khasyiah al bajuri 'ala matan al burdah 


Editor: Kholil Baehaqi

Pimpinan Redaksi: Aril Al-Bony

Mau donasi lewat mana?

BRI - Ahmad Rozi (4128-01-023304-53-0)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
© Jendela Aswaja. All rights reserved. Developed by Jago Desain