Jendela Aswaja-Imriil Qois bin Hajar bin Harits bin Amr bin Hajar Al Kindi jatuh hati kepada Unaizah anak gadis pamannya. Suatu ketika, Imriil Qois mengendap-endap untuk mengintip dan menemui Unaizah yang sedang mandi disungai bersama teman-temannya. Imriil Qois mengambil pakaian para gadis dan menyembunyikannya. Terus, Imriil Qois bersumpah, tidak akan mengembalikan pakaian gadis-gadis itu kecuali mendatanginya dalam keadaan telanjang.
Unaizah dan Imriil Qois bertengkar sepanjang hari, agar Imriil membatalkan sumpahnya itu. Sebab tidak lagi mengindahkan kesantunan para wanita. Maka Unaizah menyerah dan mau mendatangi Imriil Qois dalam keadaan telanjang untuk mengambil pakaiannya.
Unaizah marah dan mengumpat-umpat sambil berkata:
قد جوعتنا وأخرجتنا عن الحي
"Kamu telah membuat kami kelaparan dan akan membunuh kami."
Ketika mereka pulang, Imriil Qois memasang perangkap, dan berkata "Wahai Puteri pamanku Unaizah yang mulia, engkau mestinya memapahku, naik tandu". Unaizah pun menaikkan Imriil kedalam tandu bersama Unaizah, terus meranyunya
قفانبك من ذكرى حبيب ومنزل# بسقط اللوى بين الدخول فحومل
فتوضح فالمقراة لم يعرف رسمها # لماناسجتها من جنوب وشمأل
Berhentilah sejenak untuk menangis mengenang sang kekasih dan rumahnya. Di atas gundukan pasir diantara Dahul dan Haumal (nama tempat) dan diantara Tudhih dan Miqrat, yang belum hilang bekas-bekasnya karena diterpa angin dari Utara dan Selatan. Belum hilang cintaku mesti selalu dirundung kemalangan
ترى بعر الا رام فى عرصاتها # وقيعانها كأنه حب فلفل
Engkau dapat melihat bekas-bekas pasir di halamannya yang lapang, seolah-olah taburan serbuk merica. Aku kebingungan menjelaskan perasaan ini. Ketika mereka harus pergi, seolah-olah aku terpaku bagaikan tinggal. Aku bersimpuh duduk diantara kaki-kaki hewan tunggangan, hingga teman-temanku harus memaksaku dan berkata " jangan hancurkan dirimu karena kesedihan." (لا تهلك اسي وتجمل)
وان شفائ عبرة مهراقة # فهل عند رسم دارس من معول
Aku menikmati cucuran air mataku, namun teman-temanku berkata: Adakah manfaatnya jika engkau hanya meratap dan menangisi puing-puing reruntuhan!
كدأبك من ام الخوايرث قبلها # وجارتها ام الرباب بمأسل
Seperti kebiasaanmu, jika mencinta seolah-olah engkau tidak pernah mendapatkan keberuntungan, seperti juga terhadap Ummu Huwairits dan tetangganya, Ummi Robab.
Padahal ketika keduanya melenggang (Huwairits dan Robab), tersebar bau musik dari tubuhnya, bertebaran semerbak aroma kelembutannya. Waktu itu air mataku mengalir tak terbendung karena derasnya kerinduan, hingga seakan-akan ia siap membunuhku bagai tajamnya pedang.
Teman-temanku meyahut:
ألا رب يوم لك منهن صالح # ولا سيما يوم بدارة جلجل
Bukankah hari-harimu indah bersama mereka? Terutama di hari arus salju. Dan hari-hari ketika aku menyakiti seorang perawan, oh sang penunggang, alangkah indahnya kendaraan dan muatannya.
Pada waktu aku masuk ke tandu Unaizah, ia berkata: celakalah kamu, bukankah kamu hanya pejalan kaki? Kamu telah membuat tunggangan ku kepayahan, maka turunlah segera wahai Imriil Qois.
Maka aku menjawab: tenanglah sayang, nikmati saja waktumu, janganlah selalu menghindar dari sisiku. Telah banyak kudatangi wanita hamil dan menyusui, dan telah ku mengerti betapa mereka memiliki kesusahan yang nyata.
Imriil Qois pun berkata:
افاطمة مهلا بعض هذا التدلل وان كنت قد ازمعت صرمي فاجملي
Wahai Fatimah, janganlah kamu menduakanku, jelaskan padaku alasan-alasanmu meninggalkanku!
اغرك مني ان حبك قاتلي وانك مهما تأمري القلب يفعلي
Engkau telah menawanku. Cintaku padamu membunuhku, segala yang kau perintahkan tentu hatiku akan menyanggupi. Dan jika aku berbuat buruk padamu, maka usirlah hatiku dari hatimu.
Kitab Mu'allaqot Al Sab' (Imriil Qois)